Muhammad Erwin Shah seorang pria yang sangat aku cintai.
Aku mengenalnya sejak kelas 3 SD. Dan sejak itu pula aku menyukainya. Erwin pun
menyukaiku tapi entah sejak kapan rasa suka itu muncul di dalam dirinya
untukku. Erwin mengatakan suka padaku lewat orang lain sejak kelas 4 SD namun
dia baru menyatakan kepadaku saat aku menduduki kelas 6 SD dan Erwin berada di
kelas 2 SMP melalui secarik kertas, surat cinta pertamaku yang aku terima saat
tahun baru 2008. Awalnya memang semua orang memandang sebelah mata hubungan
kita karna usia kita yang belum pantas untuk menjalin suatu hubungan. Mereka
selalu bilang rasa suka diantara kita hanya cinta monyet. Tapi kini mereka
berubah pikiran. Kini mereka salut dengan hubungan ini yang masih berjalan
sampai sekarang. Andai gak ada yang namanya putus nyambung, hubungan kita udah
berjalan selama 6,5 tahun. Tapi tetap saja, gak ada suatu hubungan tanpa
masalah. Dan masalah-masalah itu yang membuat hubungan ini beberapa kali
kandas. Entah mengapa walaupun sudah sangat lama hubungan kita berakhir, akhirnya
kita bisa bersatu lagi seperti sekarang. Dan saat ini hubungan kita sudah
berjalan selama 55 bulan atau 4,5 tahun. Sudah banyak hal yang kita lalui
bersama baik suka maupun duka. Banyak pula pengorbanan yang dikerahkan untuk
mempertahankan hubungan kita. Bahkan sudah banyak pengkhinatan diantara kita
karna kejenuhan diantara kita yang terlalu lama menjalani hubungan jarak jauh
seperti ini. Semakin kita dewasa, semakin terlihat jelas banyak ketidakcocokan
diantara kita.Namun semua itu tidak membuat rasa cintaku berkurang sedikitpun.
Aku masih sangat setia dengan perasaan ini. Aku masih sangat bangga
memilikinya. Dan aku masih sangat mengingat semua kenangan bersamanya sejak
kita masih kecil sampai sebesar ini. Kenangan sekecil apapun itu sangat berarti
buatku. Walau ku tau dia sudah tak mengingat semua itu. Dia mengajarkanku
banyak hal. Mengajarkanku apa itu cinta, perbedaan antara sayang dan cinta, sakit
hati, berkorban dan dikorbankan, menanti dan dinanti, kesabaran, pengkhianatan,
dan menjaga hati ini selama bertahun-tahun. Aku tak tau, rasa ini bertahan dan
tak pernah hilang karna memang cinta sejati atau hanya karna terbiasa sejak
kecil. Awalnya memang aku yakin ini tentang cinta sejati. Tapi setelah aku
melihat sikapnya yang semakin kesini semakin terlihat tidak menginginkanku, aku
berharap ini hanya faktor terbiasa bukan cinta sejati. Aku sudah melakukan
banyak hal untuk meyakinkan dia bahwa cinta ini tulus dan mengharapkan balasan
yang sama tulusnya. Namun aku mulai lelah dengan semuanya. Aku lelah
memperjuangkan hubungan ini sendiri. Aku lelah mempertahankan hati ini sendiri.
Aku lelah menunggu dan merindukannya tanpa dia yang merindukanku. Aku lelah
berusaha menjadi apa yang dia mau agar rasa cintanya padaku tetap bertahan. Aku
lelah menahan luka dan sakit ini sendiri tanpa ia pahami itu. Alasannya klasik.
Karna jarak yang memisahkan kita. Karna waktu yang membuat kita lama tak
berjumpa. Dan hal itu yang membuat pertemuan kita bukan menjadi pertemuan
berarti karna lama tak jumpa tapi menjadi pertemuan yang sangat canggung
seperti baru saling mengenal. Hal yang dulu bisa kita lakukan dengan senang
hati menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Bahkan tertawa lepas pun aku tak mampu.
Aku masih sangat nyaman berada didekatnya. Tapi aku tak merasakan dirinya
nyaman berada didekatku. Apa ini artinya dia sudah tak mencintaiku? Dia hanya
bertahan karna terpaksa atau karna tak tega denganku dan dengan cinta yang aku
miliki untuknya atau karna membalas semua pengorbananku untuknya. Aku tak tau
aku punya salah apa yang membuatnya selalu menyakitiku. Apa dengan menyakitiku
membuatnya bahagia? Kalau memang begitu, aku rela dia selalu menyakitiku yang
penting dia bahagia. Aku ingin dia bahagia. Tapi aku tak mengharapkan apa-apa
darinya selain cinta kasih yang sama darinya untukku seperti cinta kasih yang
aku punya untuknya. Aku ingin hubungan ini berakhir menjadi seperti apa yang
sudah diimpikan aku dan Erwin. Walaupun aku tau dia mungkin sudah melupakan
semua impian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar