Rabu, 14 Mei 2014

Cinta yang hilang

Baru ku sadari ternyata cintamu belum kembali. Cintamu tlah hilang sejak kau mengenal dan menjalin cinta dengannya. Kini kau kembali padaku dengan hati yang berbeda. Awalnya aku tau kau akan menyakitiku lagi. Namun karna kau perjuangkan aku hingga ku percaya kau kembali dengan tulus dan berjanji tak akan menyakitiku lagi, aku kembali terjebak dengan dirimu. Dengan cinta palsumu. Awalnya aku melihat cintamu tulus padaku. Kau beri aku cinta kasih yang sama seperti dulu sebelum kita berpisah. Kita menjalani hubungan ini dengan sempurna walaupun masih harus dijalani dengan jarak jauh seperti dulu. Dengan keteguhan hati, kepercayaan, kesabaran, dan cinta yang begitu dalam. Namun semuanya berubah. Semuanya berubah sejak kau disibukkan dengan kegiatan perkuliahanmu. Kau jarang memberiku kabar. Kau jarang memberiku ucapan cinta kasih yang dulu setiap hari kau ucapkan padaku. Perlahan kau berubah. Berubah menjadi sosok yang begitu dingin dan tidak memperdulikanku. Saat ku mulai bosan dengan sikapmu yang seolah tak menganggapku lagi, kau berubah menjadi sosok yang baik hati dan sosok yang aku cintai. Kau memohon padaku memberimu kesempatan untuk memperbaiki hubungan ini, untuk membagi waktu padaku lebih banyak dari sebelumnya. Dan bodohnya setelah aku mempercayai semua bualanmu itu, kau malah menjadi sosok yang sangat berbeda dengan yang aku kenal. Kau sama sekali tak memberiku kabar. Setiap hari aku berusaha memberimu kabar dan bertanya mengapa kau tak kunjung membalas pesanku tapi kau acuhkan begitu saja. Sekalinya kau beri aku kabar kau hanya bilang bahwa kau jenuh dengan hubungan ini yang gini-gini aja daridulu gak ada perkembangan. Saat kau kembali sudah tak jenuh denganku lagi, kau tetap menjadi sosok yang tak menginginkanku. Kau jarang memberiku kabar. Dan saat ku memutuskan untuk menemuimu agar ku tau apa sebab dari berubahnya dirimu, aku menemukan bermacam fakta tentang dirimu yang sekarang. Kini kau menjadi sosok yang jauh lebih dewasa dan sudah tak pantas memiliki seorang pacar yang kekanak-kanakan sepertiku. Kau memiliki social media baru yang kau tutupi dariku. Kau lebih senang saat bersama teman-temanmu daripada menemaniku yang jauh-jauh menemuimu. Kau menghapus semua memori kita berdua di hapemu. Kau menghapus fotoku dan foto kita berdua. Kau biarkan boneka pemberianku berdebu tak terurus. Kau memilih bersama teman-temanmu disaat aku sedang sakit. Kau tak menghibur dan menenangkanku disaat ku sedang menangis. Ini bukan sosokmu yang aku cintai. Aku merindukanmu yang dulu. Yang masih memperhatikanku. Dan mengapa saat ku buka social media barumu, kau mengikuti mantanmu yang dulu mengganggu hubungan kita sedangkan kau sama sekali tak memberitahuku jika kau punya akun baru. Aku sadar, dia jauh lebih dewasa dariku. Usianya sepantaran denganmu. Saat berpacaran denganmu, dia selalu ada buatmu dan selalu bisa bertemu kapanpun kamu mau. Sedangkan denganku? Aku jauh. Dan aku bersifat kekanak-kanakan. Tapi mengapa kau memilih memperjuangkan aku dan menolak kembali dengannya saat aku sudah tak menginginkanmu lagi? Yang membuat kini ku mencintaimu lagi seperti dulu. Mencintai dengan sepenuh hati. Betapa bodohnya aku. Dan walau ku tau tentang semua ini, aku tak berusaha untuk melupakan dan pergi darimu. Aku hanya meratapi nasib cinta kita saat ini. Dan tetap disini berharap sosok yang kucintai dulu bisa kembali disini.

Senin, 12 Mei 2014

Lelah dengan semuanya


Muhammad Erwin Shah seorang pria yang sangat aku cintai. Aku mengenalnya sejak kelas 3 SD. Dan sejak itu pula aku menyukainya. Erwin pun menyukaiku tapi entah sejak kapan rasa suka itu muncul di dalam dirinya untukku. Erwin mengatakan suka padaku lewat orang lain sejak kelas 4 SD namun dia baru menyatakan kepadaku saat aku menduduki kelas 6 SD dan Erwin berada di kelas 2 SMP melalui secarik kertas, surat cinta pertamaku yang aku terima saat tahun baru 2008. Awalnya memang semua orang memandang sebelah mata hubungan kita karna usia kita yang belum pantas untuk menjalin suatu hubungan. Mereka selalu bilang rasa suka diantara kita hanya cinta monyet. Tapi kini mereka berubah pikiran. Kini mereka salut dengan hubungan ini yang masih berjalan sampai sekarang. Andai gak ada yang namanya putus nyambung, hubungan kita udah berjalan selama 6,5 tahun. Tapi tetap saja, gak ada suatu hubungan tanpa masalah. Dan masalah-masalah itu yang membuat hubungan ini beberapa kali kandas. Entah mengapa walaupun sudah sangat lama hubungan kita berakhir, akhirnya kita bisa bersatu lagi seperti sekarang. Dan saat ini hubungan kita sudah berjalan selama 55 bulan atau 4,5 tahun. Sudah banyak hal yang kita lalui bersama baik suka maupun duka. Banyak pula pengorbanan yang dikerahkan untuk mempertahankan hubungan kita. Bahkan sudah banyak pengkhinatan diantara kita karna kejenuhan diantara kita yang terlalu lama menjalani hubungan jarak jauh seperti ini. Semakin kita dewasa, semakin terlihat jelas banyak ketidakcocokan diantara kita.Namun semua itu tidak membuat rasa cintaku berkurang sedikitpun. Aku masih sangat setia dengan perasaan ini. Aku masih sangat bangga memilikinya. Dan aku masih sangat mengingat semua kenangan bersamanya sejak kita masih kecil sampai sebesar ini. Kenangan sekecil apapun itu sangat berarti buatku. Walau ku tau dia sudah tak mengingat semua itu. Dia mengajarkanku banyak hal. Mengajarkanku apa itu cinta, perbedaan antara sayang dan cinta, sakit hati, berkorban dan dikorbankan, menanti dan dinanti, kesabaran, pengkhianatan, dan menjaga hati ini selama bertahun-tahun. Aku tak tau, rasa ini bertahan dan tak pernah hilang karna memang cinta sejati atau hanya karna terbiasa sejak kecil. Awalnya memang aku yakin ini tentang cinta sejati. Tapi setelah aku melihat sikapnya yang semakin kesini semakin terlihat tidak menginginkanku, aku berharap ini hanya faktor terbiasa bukan cinta sejati. Aku sudah melakukan banyak hal untuk meyakinkan dia bahwa cinta ini tulus dan mengharapkan balasan yang sama tulusnya. Namun aku mulai lelah dengan semuanya. Aku lelah memperjuangkan hubungan ini sendiri. Aku lelah mempertahankan hati ini sendiri. Aku lelah menunggu dan merindukannya tanpa dia yang merindukanku. Aku lelah berusaha menjadi apa yang dia mau agar rasa cintanya padaku tetap bertahan. Aku lelah menahan luka dan sakit ini sendiri tanpa ia pahami itu. Alasannya klasik. Karna jarak yang memisahkan kita. Karna waktu yang membuat kita lama tak berjumpa. Dan hal itu yang membuat pertemuan kita bukan menjadi pertemuan berarti karna lama tak jumpa tapi menjadi pertemuan yang sangat canggung seperti baru saling mengenal. Hal yang dulu bisa kita lakukan dengan senang hati menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Bahkan tertawa lepas pun aku tak mampu. Aku masih sangat nyaman berada didekatnya. Tapi aku tak merasakan dirinya nyaman berada didekatku. Apa ini artinya dia sudah tak mencintaiku? Dia hanya bertahan karna terpaksa atau karna tak tega denganku dan dengan cinta yang aku miliki untuknya atau karna membalas semua pengorbananku untuknya. Aku tak tau aku punya salah apa yang membuatnya selalu menyakitiku. Apa dengan menyakitiku membuatnya bahagia? Kalau memang begitu, aku rela dia selalu menyakitiku yang penting dia bahagia. Aku ingin dia bahagia. Tapi aku tak mengharapkan apa-apa darinya selain cinta kasih yang sama darinya untukku seperti cinta kasih yang aku punya untuknya. Aku ingin hubungan ini berakhir menjadi seperti apa yang sudah diimpikan aku dan Erwin. Walaupun aku tau dia mungkin sudah melupakan semua impian itu.